WELCOME
SeLaMaT DaTaNg
benvenuti
Добро пожаловать
स्वागत
to Raff's blog :D

Kamis, 02 Desember 2010

Kerapan Sapi

Kerapan Sapi



Kecamatan : Manding
Desa : Manding Laok

  1. Nama Jenis Potensi Wisata : Karapan Sapi
  2. Luas Area : 170m x 50m
  3. Sarana dan prasarana :
  4. Deskripsi Potensi Wisata :
    Pada Zaman dahulu kala ada seorang penyebar agama islam. Yang bernama "Syech Ahmad Baidawi" beliau di kenal dengan sebutan Pangeran Katandur yang berasal dari kata Tandur yang berarti menanam atau ahli pertanian. Beliau adalah penyebar agama islam di Sumenep. Selain menyebar agama islam beliau juga ahli bercocok tanam. Pangeran Katandur adalah putra dari pangeran dari Pangeran Pakaos yang merupakan cucu dari Sunann kudus.
    Pangeran Katandur menyebarkan agama islam dengan cara bercocok tanam (bertani). Beliau mengerjakan atau mengelola pertanian dengan alat tradisional atau alat pembajak tanah yang disebut Nanggala/Salaga yaitu dua buah bambu yang ditarik oleh 2 (dua) ekor sapi. Maka sampai sekarang dikenal dengan sebutan Kerapan Sapi. Itulah asal-usul dari kerapan sapi. Kerapan sapi sampai sekarang menjadi kebudayaan masyarakat Madura/ ikon. Kerapan sapi sampai sekarang menjadi kebudayaan masyarakat Madura, Nusantara, bahkan Manca Negara sekalipun. Sampai sekarang karapan sapi diadakan setiap tahun, yitu untuk menyambut hasil panen. Dalam perlombaan kerapan sapi dikenal beberapa tingkatan yaitu Kewedaan, Kabupaten dan terakhir kresidenan. Sedangkan Karapan Sapi yang diadakan setiap bulan Agustus-Oktober adalah puncak perlombaan Karapan Sapi yang biasa dilakukan di Kabupaten Pamekasan. Menjelang malam pelaksanaan Karapan Sapi ditingkat Kresidenan selalu dilakukan pertemuan antar Penggemar kerapan sapi yang disebut dengan Gubengan (Tumpah Ruahnya para penggemar Kerapan sapi se Madura) Adapun aturan dalam perlombaan Karapan Sapi yaitu :
    1. Minimal Sapi Karapan sapi yang akan dilombakan ada 3 pasang
    2. Panjang dan lebar pacuan yang digunakan adalah 170m x 50m
    3. Ada Gebber (orang yang bertugas memegang bendera di garis start)
    4. Liet atau seorang juri yang ada di garis Finish
    Sedangkan sapi yang diperlombakan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
    1. Sapi harus memiliki jenis dan warna kulit madura
    2. Sapi harus sehat dan kuat
    3. Tinggi Sapi harus 120 cm
    4. Gigi sapi harus sudah di cabut.
  5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya
    Sapi-sapi madura harus dilestarikan keberadaannya agar tidak punah. Dan sistem penjurian pada perlombaan Karapan Sapi tidak dilakukan secara manual lagi melainkan dengan alat yang lebih canggih sehingga para peserta merasa perlombaan fair tidak mengandung kecurangan.

Eksotisme Kota Tua

Eksotisme Wisata Kota Tua

       

Eksotisme reruntuhan kejayaan kota kalianget di masa lalu . Gedung - gedung tua khas Belanda yang masih kokok berdiri mempesona seolah mengajak untuk sejenak menikmati indahnya pesona masa lampau. Terletak 11 kilometer dari kota Sumenep.
  • Nama Jenis                      : Eksotisme Wisata Kota Tua
  • Luas Area                       : ± 12 Hektar
  • Sarana & Prasarana         :
  • Diskripsi Potensi Wisata
1.      Gedung Pembangkit Listrik (Sentral)
Berada di pinggir jalan raya Kalianget di sebelah barat Kantor pusat PT Garam, memiliki arsitektur khas belanda yang sangat anggun, kesan angker juga sedikit terasa apabila melihat bentuk dan tinggi bangunan tua yang menjulang ini. menurut keterangan Joko Widodo seorang pensiunan PT Garam yang pernah bertugas di bagian mesin di gedung sentral ini menuturkan bahwa gedung ini didirikan sekitar tahun 1914 sama dengan tandon air di sebelah selatan gedung yang memiliki pipa air bawah tanah yang membelah jalan, pipa air berfungsi sebagai pendingin terhadap 5 buah generator listrik di gedung sentral ini, 4 mesin ini buatan jerman dan 1 nya dari Belanda, awal berdirinya semua kebutuhan listrik semua rumah pompa di lahan pegaraman di daerah Pinggirpapas dan Saronggi mendapatkan pasokan listrik dari gedung ini. namun menjelang tahun 1980 pemakaian listrik untuk kegiatan produksi garam ini sudah beralih mengunakan pasokan dari PLN.

2.      Jam Dinding Tua Di Pos Jaga (Lonceng)
Lokasinya saat ini berada di pintu masuk sebelah timur tepatnya di jalan ……….. di sana dapat dijumpai jam tua dan pos jaga yang sudah tua dan tidak terawat, Dulunya tempat ini berfungsi sebagai check point bagi seluruh karyawan pabrik garam yang keluar masuk  pabrik untuk bekerja, mereka diperiksa satu persatu agar tidak membawa barang – barang pabrik termasuk garam – garam hasil produksi.
Dari corak bangunan dan kekhasan yang dimiliki situs ini, ternyata sangat kental sekali dengan nuansa Belanda atau eropa  terutama pada corak yang terpajang pada jam dinding dan bentuk bangunannya. tidak adanya upaya perawatan ini terlihat pada tiang – tiang penyangganya yang hanya tinggal separuh saja dan apabila tidak segera direnovasi  situs ini tentu akan segera menjadi puing.

3.      Lokomotif atau Lori
Lokomotif tua ini dulunya dipakai sebagai penarik kereta yang berisi garam yang diangkut dari ladang – ladang garam yang tersebar di pesisir selatan dan timur kecamatan Kalianget. penggunaan kereta api ini dimulai sejak tahun …………

4.      Cerobong Asap Pabrik
Terbuat dari bahan campuran semen dan bata yang digunakan sebagai cerobong asap sebagai saluran limbah asap buangan dari kegiatan produksi garam. cerobong asap seperti ini pada jaman dulu sangat populer sekali sebagai ciri khas dari bangunan pabrik Belanda yang tersebar di seluruh nusantara, penggunaan cerobong asap dari bata ini dipakai karena di jaman dulu belum ada cerobong yang terbuat dari pipa logam.
namun demikian dapur pengapian ini seluruh batu batanya atau dikenal dengan batu api, yaitu batu yang biasanya digunakan untuk pembakaran dengan suhu tinggi.

5. Pelabuhan Kota Tua Kalianget
Sisa - sisa kejayaan pelabuhan yang masih beroperasi sampai sekarang. Dahulu lebih banyak sebagai tempat pengiriman garam ke luar sumenep maupun ke luar negeri serta jalur distribusi barang dagangan dari dan luar Sumenep.

Ludruk Sumenep

Ludruk



Kecamatan : Kalianget
Desa : Kalianget Barat

  1. Nama Jenis Potensi Wisata : Ludruk
  2. Luas Area :
  3. Sarana dan prasarana :
    • Seperangkat Kostum
    • Seperangkat Sound Sytem, Instrumen Gamelan
    • 1 Unit Gedung Penyimpanan Perlengkapan
  4. Deskripsi Potensi Wisata :
    Ludruk adalah pertunjukan teater musikal tanpa topeng, pada saat ini sangat populer di Daerah Sumenep. Pada mulanya Ludruk adalah nyanyian dan tarian sewaktu menumbuk padi yang kemudian dijadikan tarian keraton pada abad 14, pada saat itu bernama "RAKET". Setelag berevolusi dan muncul di daerah Sumenep, Ludruk mengalami beberapa pergantian nama, antara lain: Pantil, Ajhing, Ludruk dan saat ini bisa disebut Ketoprak. Evolusi tersebut diperkirakan mulai sekitar abad ke 18. Pada saat itu Ludruk melakonkan adegan-adegan sehari-hari antara lain: episode perang kemerdekaan serta cerita pahlawan dalam legenda-legenda Madura dan Jawa.
    Ludruk adalah suatu bentuk hiburan rakyat yang dipentaskan dan ditonton terutama oleh kaum buruh. Saat ini ludruk di daerah Sumenep sudah jarang tampil, sebab tergantung order yang mereka terima. Seperti halnya ludruk "Rukun Kemala" yang diketahui oleh Ahmarudin dalam sebulan mereka mampu tampil 1-2 kali dan kebanyakan mereka tampil di daerah pelosok yang tradisionalismenya masih kental.
  5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya
    Dilihat dari perkembangannya saat ini, ludruk tidak beda jauh dengan kebudayaan lain yang ada di Sumenep. Selalu tergantung pada order yang mereka terima. Menurut Ahmarudin, dengan minimnya sarana dan prasaranauntuk mengembangkan bakat dapat diperkirakan kebudayaan ini akan terus mengalami penurunan. Hal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan jaman yang semakin modern. Sehingga minat untuk memperhatikan dan mengembangkan budaya ini sangatlah kurang. Solusi awal untuk mengembangkan kembali kebudayaan ini yaitu dengan memberikan atau menyediakan sarana dan prasarana guna memunculkan kembali minat masyarakat terhadap kebudayaan ini seperti taman hiburan rakyat (THR Surabaya) menyediakan panggung permanen dan segala fasilitasnya yang digunakan untuk pagelaran kebudayaan tradisional (Topeng, Ketoprak, dan lain-lain).

Gunung Payundan

Gunung Payudan



Kecamatan : Guluk-Guluk
Desa : Payudan Daleman

1. Nama Jenis Potensi Wisata : Gunung Payudan
2. Luas Area : 150M x 40M
3. Sarana dan prasarana : Jalan masuk aspal dari jalan utama sepanjang 1400m selebihnya sampai lokasi belum beraspal 700m
4. Deskripsi Potensi Wisata :

objek wisata ini berada di atas pegunungan yang bernama Gunung Payudan, tepatnya di Desa Payudan Daleman Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep kurang lebih 30 Km ke Arah Barat Kota Sumenep. Bagi masyarakat Sumenep Khususnya, Gua Payudan mempunyai arti penting mengingat gua ini memiliki keterkaitan dengan sejarah raja-raja Sumenep abad 14 samapi 17. Gua ini tidak hanya bernilai sebuah obyek wisata Alam (goa) saja, tetapi juga mengandung makna religi dan sejarah didalamnya.

Goa payudan pada jaman dahulu kala, pada masa kerajaan merupakan tempat bertapa / bersemedi sebagian raja-raja Sumenep. Adapun raja-raja Sumenep yang pernah bertapa di Goa ini adalah:

1. Potre Koneng, adalah Putri dari Pangeran Soccadiningrat II Raja Sumenep yang berkuasa sekitar tahun 1366 sampai 1386 yang keratonnya pada waktu itu masih berada di Desa Banasare Kecamatan Rubaru. Potre koneng ini mempunyai suami yang juga raja di Sepudi yang bernama Adi Poday sekitar tahun 1399-1415 yang masih cucu dari sunan Ampel Surabaya.
2. Pangeran Jokotole, adalah Pangeran yang bergelar Pangeran Soccadiningrat III Raja Sumenep pada Tahun 1415-1460. beliau adalah Putra tertua dari Pasangan Potre Koneng dengan Adipoday. Jokotole tidak hanya di kenal di wilayah Madura saja, tetapi sudah keluar Madura seperti Jawa dan Bali. Konon Jokotole merupakan raja yang sangat disegani karena keahlian ilmu kanoragannya. Hal ini terbukti pada jaman kerajaan Majapahit, Jokotole mampu mengalahkan Blambangan yang pada akhirnya di jadikan Menantu raja majapahit yaitu Raja Brawijaya.
3. Pangeran Jimat, Raja Sumenep tahun 1731-1744, adalah putra Pangeran Rama (Pangeran Cakra Negara II)
4. Ke Lesap, Raja Sumenep tahun 1749-1750, beliau berkuasa hanya sebentar karena tewas terbunuh ketika berperang melawan raja dari bangkalan. Adapun Ke Lesap sendiri adalah keturunan dari Bangkalan.
5. Bindara Saod. CR. Tumenggung Tirtonegoro) Raja Sumenep tahun 1750-1762

Untuk menuju / mengunjungi tempat ini tidak begitu sulit, dari Sumenep naik angkutan umum menuju ganding lalu ganti angkutan menuju Pasean atau batu Ampar, kemudian turun di pertigaan Desa Payudan Daleman. Sedang dari pertigaan bisa menaiki dokar (Andong) atau jalan kaki sekitar 2 Km sampai ke Lokasi Goa.

Konon menurut ceritanya, goa ini pertama kali ditemukan Yaitu oleh K. Sulaiman bin Samukdin yang berasal dari Pamekasan. Awalnya K. Sulaiman bersemedi di Asta Juruan Kecamatan Batu Putih Kabupaten Sumenep selama 21 Hari. Selama melakukan tapa tersebut, bekal yang dibawa yaitu jagung sangrai. Setelah hari ke 21, K Sulaiman mendapat petunjuk untuk pergi ke Arah barat, tepatnya ke gunung payudan. Setelah 3 hari 3 malam berjalan ke arah barat sampai dan naik maka terdengar suara sayup-sayup seperti ada orang menumbuk jagung. Setelah di dekati ternyata tidak ada seorangpun yang sedang menumbuk jagung, yang ada hanya tempat rindang dengan dinding batu disertai dengan tempat beristirahat dan terdapat banyak lubang. Akhirnya beliau bertawassul kepada Yang Maha Esa. Lalu datanglah petunjuk bahwa tempat tersebut merupakan tempat bertapa para raja-raja terdahulu.

Diceritakan di atas Goa bahwa orang yang pertama kali mendirikan rumah di atas Goa Payudan adalah keturunan terakhir dari K. Sulaiman yaitu K. Tayyib pada tahun 1908. tapi pada tahun 1938 K. Tayyib pindah ke Pamekasan dengan alasan banyak celeng (babi Hutan) yang kemudian ditempati kerabatnya yang lain yaitu maniti yang sekaligus menjadi juru kunci Goa tersbut.

Sampai saat ini banyak pengunjung kesana, bahkan orang yang bersemedi disana sulit berganti artinya di tempat itu selalu ada orang yang bersemedi, bahkan ada yang sampai satu tahun lamanya.

5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya

Goa payudan merupakan salah satu obyek wisata alam yang ada di Madura khususnya di kecamatan Guluk-guluk Kabupaten Sumenep, dengan tingkat pengunjung yang cukup berpotensi. Maka sudah saatnya tempat ini dijadikan obyek wisata alam unggulan khususnya Kabupaten Sumenep. Untuk membuat obyek wisata ini lebih dikenal dan lebih banyak pengunjung, tentunya perlu adanya pembenahan-pembenahan struktur maupun infrastruktur. Dalam hal ini dinas terkait yaitu Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Sumenep, sudah saatnya memperhatikan obyek wisata tersebut. Adapun pengembangan yang perlu diutamakan di lokasi obyek ini antara lain;

1. Tangga naik menuju halaman / pelantaran Goa perlu diberi pagar atau pegangan penyangga untuk mengurangi resiko kecelakaan pada pengunjung. Hal ini penting dan harus segera dilakukan mengingat tangga menuju lokasi sangat berbahaya dan curam dan licin.Goa memiliki tiga lantai; pertama adalah halaman Goa dengan ukuran kurang lebih 27m x 10m, lantai kedua (diatasnya) yaitu berukuran ±35m2 dan biasa digunakan sebagai ruang tamu (Lobbi); sedangkan lantai diatasnya yaitu lantai ketiga difungsikan untuk Solat.
2. Membentuk suatu yayasan atau perkumpulan khus mengelola keberadaan Obyek wisata Goa ini seperti obyek wisata lain yang ada di Kabupaten Sumenep (Asta Tinggi dan Asta Yusuf Talango).
3. Pembuatan Peta atau denah Lokasi yang menunjukkan arah serta jalan yang bisa dilalui.

Asta Panaongan

Asta Panaongan



Kecamatan : Pasongsongan
Desa : Pasongsongan

  1. Nama Jenis Potensi Wisata : Asta Buju' Panaongan
  2. Luas Area : 150 m2
  3. Sarana dan prasarana :
    • Petilasan Makama
    • Kamar kecil
    • Jalan beraspal
    • Kamar untuk juru kunci
  4. Deskripsi Potensi Wisata :
    Kronologi penemuan buju' panaogan pada tahun 1999 itu berawal dari seorang penduduk setempat yang berprofesi sebagai nelayan. Nelayan tersebut singgah di muncar banyuwangi karena kehabisan bahan bakar untuk pilang dan tidak ada hasil tangkapan yang bisa dijual. Kemudian salah satu dari mereka mengunjungi seorang kiyai dengan tujuan mohon berkah agar hasil tangkapan mereka berlimpah, setelah terwujud dengan hasil tangkapan yang banyak dan sudah punya modal untuk membeli bahan bakar, maka mereka di suruh pulang dan diberi tugas oleh kiyai tersebut untuk mencari sebuah pemakaman yang terkubur di daerah dekat kediaman nelayan tersebut. Tetapi dengan syarat jangan mencari jika tidak ada tanda-tanda tertentu. Setelah tiga hari setelah kepulangannya barulah tanda yang dimaksud muncul yaitu berupa seberkas cahaya yang jatuh diatas hamparan pasir. Setelah digali, dibawah pasir tersebut ditemukan sejumlah batu nisan. Makam pertama yang ditemukan dan dimungkinkan adalah makam orang yang berasal dari cina, sebab pada batu nisan bertuliskan "Ummingtai" tahun 1218, kemudian makam Syech Al Arief Abu Said tahun 1112 dan lain-lain namun yang tertera di batu nisan tersebut tidak menyebutkan apakah tahun masehi atau tahun hijriyah. Tetapi syech Al Arief ditenggarai ada hubungannya dengan kerajaan Batu Putih (Sergang) namun secara detail tidak diketahui asal usulnya. Saat ini asta buju' panaongan ini banyak dikunjungi oleh peziarah dari seluruh penjuru karena dianggap karomah.
  5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya
    Berbagai pembangunan telah dilakukan oleh pengelola Asta, hal ini semata bertujuan untuk menciptakan rasa nyaman kepada peziarah, mulai dari bangunan di area makam, pagar, kamar kecil, musollah dll. Pembangunan tersebut adalah hasil dari swadaya atau sumbangan dari peziarah. Karena keterbatasan dana yang diperoleh maka sebagian pembangunan belum terselesaikan. Maka dari itu untuk tetap memberikan rasa nyaman kepada pengunjung atau peziarah maka pihak pengelola ingin segera menyelesaikan pembangunan tersebut. Adapun bangunan yang sudah terselesaikan adalah lantai keramik disekitar makam, pemasangan paving dihalaman bangunan dan pemasangan paving pada jalan menuju musollah dan kamar kecil, selain itu untuk peziarah yang ingin bermalam juga sangat dibutuhkan

Rabu, 01 Desember 2010

Asta Batu Ampar

Asta Batu Ampar



Kecamatan : Guluk-Guluk
Desa : Batu Ampar

  1. Nama Jenis Potensi Wisata : Asta K. Abdullah Batu Ampar
  2. Luas Area :
  3. Sarana dan prasarana :
    • Jalan beraspal
    • Mesjid dan air bersih
    • Penerangan
    • Pagar Asta yang mulai rusak
  4. Deskripsi Potensi Wisata :
    Obyek wisata Asta Batu Ampar ini adalah kuburan K. Abdullah atau juga disebut Bindara Bungso. Terletak di desa Batu Ampar Kecamatan Guluk-guluk ±37 Km ke arah barat kota Sumenep. Kompleks ini sudah nampak jelas merupakan makam islam dari kuburan yang beda dengan kuburan yang ada di selatan kompleks. Memang benar, K. Abdullah merupkan tokoh sentral penyiar agama islam di lingkungan Guluk-guluk khusnya di wilayah Batu Ampar.
    Menurut sejarah yang ada K. Abdullah adalah anak dari K. Abdul Kidam dengan Nyai Asri. Nyai Asri sendiri adalah saudara K. Abd. Rachman yang sama-sama anak dari K. Abdullah Sindir yang mempunyai istri bernama Nyai Susur, Putri siding puri. K. Abdullah Sindir adalah anak dari K. Abd. Rachem (K. Sindir II). Sedangkan K. Rachem merupakan anak dari K. Kumbakara (K. Sindir I)yang masih keturunan dari Pangeras mandoroko.
    Keturunan dari K. Abdullah Batu Ampar inilah yang banyak menjadi Adipati atau Bupati Sumenep. Mulai dari Raden Tumenggung Tirtonegoro (Bindara Saod) sampai pada aden Mohammad Tahir (Tumenggung Prabuwinoto).
    Diceritakan bahwa setelah menginjak dewasa K. Abdullah di asuh oleh pamannya yang bernama K. Abd. Rachman, serta dimasukkan ke pesantren yang masih kakeknya sendiri yaitu K. Khotib Sendang. Pada suatu hari, K Rachman mendapat nasehat dari gurunya untuk mengajarkan agama islam di Alas Raba Pamekasan yang masih belum ada penduduknya. Maka berangkatlah K. Abd. Rachman bersama dengan keponakannya sendiri yaitu K Abdullah ke tempat dimana tidak ada penduduk hanya ada gigitan ular. Kurang lebih lima tahun mereka berdua hidup di dalam Alas Raba yang akhirnya K. Abdul Rachman di Juluki K. Raba.
    Semenjak K Rachman (K. Raba) dan Bindara Bungso (K. Abdullah) berada di tempat itu, negeri Pamekasan tidak pernah turun hujan, sehingga Pamekasan mengalami paceklik. Dan pada suatu malam ketika raja sedang tidur nyenyak, beliau bermimpi didatangi oleh seorang yang sudah tua, sang tua berkata: "penyebab tidak turunnya hujan di negeri ini karena ada dua orang laki-laki yang sedang bertapa di bawah pohon besar di dalam Alas Raba. Jika kamu ingin hujan, berilah tempat lain untuk keduanya bertapa sehingga keduanya tidak terkena hujan.
    Ketika pagi hari, raja memanggil patih dan memerintahkan untuk segera pergi ke Alas Raba dan menemui para pertapa. Maka berangkatlah sang patih bersama para prajurit untuk melaksanakan titah raja. Sesampainya di Alas Raba, patih mencari kedua pertapa yang dimaksud, dan setelah lama mencari akhirnya ketemu juga dengan sang pertapa. Para pertapa itu ditemukan persis di tempat yang ada pada gambaran mimpi raja, pertama pertama tampak lebih Tua sedangkan pertapa kerdua masih belia. Tanpa berlama-lama sang patih mengajak keduanya untuk menghadap Raja.
    Ketika raja menyaksikan sendiri bahwa mimpinya benar-benar menjadi nyata, kemudian Raja memerintahkan kembali kepada para patih untuk membangun rumah dan langgar untuk dikelola keduanya. Dan sejak itulah K. Abdullah mempunyai rumah dan langgar. Mimpi Raja tampak menjadi nyata kembali, karena tatkala rumah dan langgar sudah selesai di bangun hujan deras turun dari langit sehingga tanah yang tadinya kering klontang menjadi basah dan tanaman tumbuh dengan subur kembali. Akhirnya seiring dengan waktu, banyak orang-orang yang datang ke Pamekasan serta tidak sedikit juga orang-orang yang datang pada K. Abdullah untuk belajar mengaji.
    Konon ketika K. Raba menjadi tua, segala urusan Pesantren di wakilkan kepada Bindara Bungso untuk mengajar para santrinya. Sedang cara mengajar Bindara Bungso tidak berbeda dengan K. Raba. Setelah bindara bungso dianggap sudah mengusai ilmu agamanya oleh K. Raba, pada suatu hari K. Raba menyuruh Bidara Bungso untuk menjadi dukun di Batu Ampar sambil mengajarkan agama islam.
    Akhirnya Bindara Bungso berangkat ke Batu Ampar ditemani oleh 4 orang santrinya. Sesampai di Batu Ampar, beliau langsung menjalankan perintah gurunya yaitu menyiarkan agama islam dan menjadi dukun. Dari inilah kemudian Bindara Bungso dikenal oleh sebagian besar masyarakat Batu Ampar khususnya dan masyarakat luar umumnya.
  5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya
    KSalah satu obyek wisata Ziarah di Kabupaten Sumenep yang banyak dikenal oleh kalangan luas, salah satunya adalah obyek wisata ziarah Batu Ampar. Namun dalam perkembangannya, obyek wisata ini dari tahun-ke tahun tidak banyak mengalami perobahan/ perkembangan. Sarana dan prasarana yang ada nampak tidak banyak mengalami perkembangan.
    Sebagai wujud kepedulian pemerintah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep, akhir-akhir ini perhatiannya sudah mulai dirasakan. Salah satunya adalah pembangunan kubah makam.
    Sebagai obyek wisata Ziarah, Batu Ampar seharusya lebih bisa dikembangkan lagi, mengingat obyek ini adalah merupakan salah satu ikon kuat Kabupaten Sumenep.
    Untuk lebih bisa menarik perhatian pengunjung, pembangunan yang perlu diprioritaskan adalah pembangunan obyek itu sendiri, mulai dari tampak dari depan, pintu masuk sampai pada akhirnya ke arah kuburan itu sendiri, karena obyek ini mempunyai dua bagian yang terpisah, yang satu adalah mesjid (sebagai pintu masuk) dan yang kedua adalah komplek makam. Jadi jelas bahwa mesjid sebagai pintu masuk harus mendapat prioritas utama untuk bisa dikembangkan yang dalam hal ini adalah pagar beserta gapura pintu masuk ke arah mesjid.
    Selain pengembangan pagar mesjid, yang tidak kalah pentingnya ada sarana promosi seperti tanda petunjuk arah. Adapun peletakan denah atau petunjuk arah dapat diletakkan di pintu masuk Kabupaten Sumenep atau di terminal-terminal yang penting dapat dibaca atau dilihat oleh orang banyak karena hal itu berfungsi sebagai iklan.

ASTA KARANG SABU

       

Kecamatan : Kota Sumenep
Desa : Karangduak

  1. Nama Jenis Potensi Wisata : Wisata Ziarah Asta Karang Sabu
  2. Luas Area :
  3. Sarana dan prasarana :
    • Pagar Tembok
    • Jalan Raya
    • Penerangan
    • Tempat ibadah (Musolla)
    • Hotel dan Rumah Makan
  4. Deskripsi Potensi Wisata :
    Asta ini terletak di jantung kota Sumenep, tepatnya di Kelurahan Karangduak Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep ±500 m dari pusat kota ke arah barat. Kabupaten Sumenep merupakan Kabupaten yang terletak di ujung paling timur pulau madura. Suatu daerah yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan agama. Karena sumenep pada jaman kerajaan dahulu banyak terdapat kesatria-kesatria ulung dan tokoh-tokoh agama dari daerah ini sebut saja Jokotole atau yang dikenal dengan pangeran Soccadiningrat III, Arya Wiraraja, Adi Poday dan lain-lain. Mereka tidak hanya dikenal diwilayah Sumenep saja bahkan sampai keluar madura seperti Jawa dan Bali.
    Salah satu tokoh yang tak kalah menarik untuk dijadikan suatu obyek wisata Ziarah ataupun sejarah adalah Raden Tumenggung Kanduruan yang bergelar Raden Tumenggung Notokusumonegoro. Memerintah sumenep pada tahun 1559-1562 M Yang letak keratonnya di Karangduak. Raden Tumenggung Kanduruan ini yang menurunkan Adipati / Bupati di Sumenep hingga 15 keturunandari garis laki-laki. Sedang keturunan terakhir yang menjadi penguasa Sumenep adalah Raden Mohammad Tahir Tumenggung Prabuwinoto pada tahun 1925-1928 M.
    Menurut sejarah yang ada, Raden Tumenggung Kanduruan adalah putra dari Sultan Alam Akbar Al-Fatah (Raden Patah) yaitu Raja Demak Bintoro yang berkuasa pada tahun 1478-1518 M, sedang Raden Patah merupakan putra dari Raja Majapahit yaitu Parbu Brawijaya V dari hasil perkawinannya dengan putri keturunan Cina yang bernama Indrawati. Tumenggung Kanduruan, pada masa remajanya pernah mengabdi kepada Saudara Ayahnya yaitu Ratu Japan yang bernama Dewi Mas Kumambang.
    Konon menurut cerita, Raden Tumenggung Kanduruan menjadi raja Sumenep setelah mendapat perintah dari Ratu Japan untuk menyerang Sumenep dan membawa pangeran Sumenep (Pangeran Siding Puri) baik dalam keadaan hidup maupun mati. Hal ini terjadi karena Ratu Japan yang masih cucu Pangeran Siding Puri merasa tersinggung kepada Pangeran yang menolak cintanya. Sementara itu Raden Tumenggung yang Keponakan Ratu Japan dari garis keturunan ayahnya juga masih keponakan dari Pangeran Siding dari garis keturunan Ibunya yaitu Nyai Malaka. Sedangkan dengan istri Pangeran Siding puri yaitu Raden Ayu Ratmina adalah saudara. Berhubung tugas dari Rajanya yaitu Ratu Japan maka berangkatlah Raden Tumenggung ke Sumenep beserta balatentaranya yang banyak untuk berperang.
    Singkat cerita terjadilah perang saudara di Sumenep, dan kemenangan di raih oleh Raden Tumenggung Kanduruan dengan tewasnya Pangeran Sinding beserta patihnya Aryo Tankondur yang tak lain adalah kakak kandung Pangeran Sinding. Alhasil Raden Kembali dengan membawa kepala Pangeran Sinding kepada Ratu Japan. Tetapi sebenarnya Raden Tumenggung Merasa bersalah kemudian beliau mengawinkan anaknya dengan putra Pangeran Siding yaitu Pangeran Wetan I.
    Selain tokoh Raden Tumenggung, pada Asta Karang Sabu juga terdapat makam kedua putranya yaitu Pangeran Banten (pangeran Lor I) dan Pangeran Wetan I yang juga menjadi raja di Sumenep setelah Raden Tumenggung wafat .
    Kisah kedua tokoh ini sangat unik, dikarenakan keduanya sama-sama menjadi raja di tahun yang sama. Artinya Sumenep dikendalikan oleh dua raja di tahun yang sama dengan sifat yang berbeda. Akan tetapi dalam menjalankan pemerintahan keduanya sama-sama kompoak dan mampu mengatasi kodisi sumenep saat itu.
    Alkisah menceritakan bahwa pada saat terjadi penyerangan oleh raja Bali ke Sumenep. Hal ini dilakukan oleh raja bali karena adanya dendam atas kekalahan blambangan di tangan Jokotole yang keturunan orang Sumenep. Maksud kedatangan adalah ingin membalas kekalahan blambangan tempo dulu. Begitu rombongan tentara Bali sampai kesumenep, mereka menepi di pantai pesisir desa lapa kecamatan Dungkek. Namun sesampainya di Lapa, tidak didapat kerajaan yang dulu pernah dibangun oleh Jokotole. Lalu mereka membuat benteng disana. Singkatnya pertempuran terjadi antara Bali dan Sumenepyang dikomandani oleh Pangeran Batu Putih dan Pangeran Lor. Sedangkan pangeran Wetan pada saat itu sedang berada di Demak (berkunjung kepada kakeknya yaitu Sultan Alam Akbar al Fatah). Pada pertempuran ini Pangeran Batu Putih tewas dan jazadnya menghilang bersama keratonnya. Sedangkan Pangeran Lor beserta Patih Kesayangannya Wangsadumerta tewas akibat kehabisan darah setelah sampai di halaman keraton. Pertempuran dilanjutkan oleh Pangeran Wetan setelah kembali dari Demak. Pangeran Wetan dibantu oleh Mertuanya Yaitu Sunan Nugraha dari Pamekasan, dan berhasil membunuh raja Bali dan memenggal kepalanya lalu dibawa ke demak.
    Mengenai obyek wisata Ziarah in kalau ditinjau dari letak sangat strategis dan layak untuk dijadikan sebagai salah satu obyek wisata Ziarah unggulan di Sumenep mengingat lokasi obyak ini yang tidak terlalu jauh dengan obyek wisata Ziarah Asta Tinggi serta ditunjang oleh sarana dan prasarana yang lengkap.

Keraton Sumenep


Keraton Sumenep terletak di tengah-tengah kota yang dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo I tahun 1762. Bangunan keraton ini mempunyai corak budaya Islam, Cina dan Eropa. Di dalam keraton terletak peninggalan-peninggalan bersejarah seperti Pendopo Agung, kantor KOneng, dan bekas Keraton Raden Ayu Tirto Negoro yang saat ini dijadikan tempat penyimpanan benda-benda kuno. Pendopo Agung sampai saat ini masih dipakai sebagai tempat diadakannya acara-acara kabupaten seperti penyambutan tamu Negara, serah terima jabatan pemerintahan dan acara kenegaraan lainnya. Sedangkan kantor Koneng yang ebrarti kantor raja dahulu adalah ruang kerja Sultan Abdurrachman Pakunataningrat I selama masa pemerintahannya tahun 1811 sampai 1844 Masehi. Selain ketiga ruangan tersebut di kompleks keraton terdapat Taman Sare, yaitu tempat pemandian putri raja yang masih terlihat asri dan indah sampai sekarang. Bagian lain dari keratin Sumenep adalah pintu gerbang Labang Mesem, yang artinya pintu/ gerbang tersenyum yang melambangkan keramahtamahan masyarakat Sumenep terhadap setiap orang yang datang ke keraton.

Museum terbagi menjadi tiga bagian yang terletak di depan/luar keraton dan di dalam keraton. Bagian pertama, di luar keraton, adalah tempat menyimpan kereta kuda/ kencana kerajaan Sumenep dan kereta kuda pemberian ratu Inggris, yang sampai sekarang masih dapat dipergunakan dan dikeluarkan pada saat upacara peringatan hari jadi kota Sumenep. Bagian kedua dan ketiga terdapat di dalam keraton Sumenep, yang di dalamnya menyimpan alat-alat untuk upacara mitoni atau upacara tujuh bulan kehamilan keluarga raja, senjata-senjata kuno berupa keris, clurit, pistol pedang bahkan semacam samurai dan baju besi untuk perang, al-Qur'an yang ditulis oleh Sulta Abdurrachman, guci dan keramik dari Tiongkok/ Cina yang menggambarkan bahwa pada saat itu terjalin hubungan yang erat antara kerajaan Sumenep dan kerajaan Cina, patung-patung/ arca, baju kebesaran Raja/Sultan, sampai tulang/fosil ikan paus yang terdampar di pantai Sumenep pada tahun 1977.

Museum ketiga disebut juga museum Bindara Saod karena pada zamannya tempat itu adalah tempat Bindara Saod menyepi, maka disebut juga dengan Rumah penyepian Bindara Saod. Terdiri lima bagian yaitu teras rumah, kamar depan bagian timur, kamar depan bagian barat, kamar belakang bagian timur dan bagian barat.

Baik Museum, Museum Kantor Koneng dan Museum Bindara Saod, ramai dikunjungi, baik itu wisatawan lokal, maupun mancanegara tiap tahunnya. Adapun tarif biaya masuk keraton cukup murah yaitu Rp. 5000,- per orang sudah dapat menikmati koleksi sejarah keraton Sumenep.

Minggu, 28 November 2010

Keraton Sumenep


Museum Dan Keraton Sumenep

       

Kecamatan : Kota Sumenep
Desa : Pajagalan



            Keraton Sumenep terletak di tengah-tengah kota yang dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo I tahun 1762. Bangunan keraton ini mempunyai corak budaya Islam, Cina dan Eropa. Di dalam keraton terletak peninggalan-peninggalan bersejarah seperti Pendopo Agung, kantor KOneng, dan bekas Keraton Raden Ayu Tirto Negoro yang saat ini dijadikan tempat penyimpanan benda-benda kuno. Pendopo Agung sampai saat ini masih dipakai sebagai tempat diadakannya acara-acara kabupaten seperti penyambutan tamu Negara, serah terima jabatan pemerintahan dan acara kenegaraan lainnya. Sedangkan kantor Koneng yang ebrarti kantor raja dahulu adalah ruang kerja Sultan Abdurrachman Pakunataningrat I selama masa pemerintahannya tahun 1811 sampai 1844 Masehi. Selain ketiga ruangan tersebut di kompleks keraton terdapat Taman Sare, yaitu tempat pemandian putri raja yang masih terlihat asri dan indah sampai sekarang. Bagian lain dari keratin Sumenep adalah pintu gerbang Labang Mesem, yang artinya pintu/ gerbang tersenyum yang melambangkan keramahtamahan masyarakat Sumenep terhadap setiap orang yang datang ke keraton. 
           Museum terbagi menjadi tiga bagian yang terletak di depan/luar keraton dan di dalam keraton. Bagian pertama, di luar keraton, adalah tempat menyimpan kereta kuda/ kencana kerajaan Sumenep dan kereta kuda pemberian ratu Inggris, yang sampai sekarang masih dapat dipergunakan dan dikeluarkan pada saat upacara peringatan hari jadi kota Sumenep. Bagian kedua dan ketiga terdapat di dalam keraton Sumenep, yang di dalamnya menyimpan alat-alat untuk upacara mitoni atau upacara tujuh bulan kehamilan keluarga raja, senjata-senjata kuno berupa keris, clurit, pistol pedang bahkan semacam samurai dan baju besi untuk perang, al-Qur'an yang ditulis oleh Sulta Abdurrachman, guci dan keramik dari Tiongkok/ Cina yang menggambarkan bahwa pada saat itu terjalin hubungan yang erat antara kerajaan Sumenep dan kerajaan Cina, patung-patung/ arca, baju kebesaran Raja/Sultan, sampai tulang/fosil ikan paus yang terdampar di pantai Sumenep pada tahun 1977.

  1. Museum ketiga disebut juga museum Bindara Saod karena pada zamannya tempat itu adalah tempat Bindara Saod menyepi, maka disebut juga dengan Rumah penyepian Bindara Saod. Terdiri lima bagian yaitu teras rumah, kamar depan bagian timur, kamar depan bagian barat, kamar belakang bagian timur dan bagian barat.
    Baik Museum, Museum Kantor Koneng dan Museum Bindara Saod, ramai dikunjungi, baik itu wisatawan lokal, maupun mancanegara tiap tahunnya. Adapun tarif biaya masuk keraton cukup murah yaitu Rp. 5000,- per orang sudah dapat menikmati koleksi sejarah keraton Sumenep.

ShoutMix chat widget