WELCOME
SeLaMaT DaTaNg
benvenuti
Добро пожаловать
स्वागत
to Raff's blog :D

Kamis, 02 Desember 2010

Kerapan Sapi

Kerapan Sapi



Kecamatan : Manding
Desa : Manding Laok

  1. Nama Jenis Potensi Wisata : Karapan Sapi
  2. Luas Area : 170m x 50m
  3. Sarana dan prasarana :
  4. Deskripsi Potensi Wisata :
    Pada Zaman dahulu kala ada seorang penyebar agama islam. Yang bernama "Syech Ahmad Baidawi" beliau di kenal dengan sebutan Pangeran Katandur yang berasal dari kata Tandur yang berarti menanam atau ahli pertanian. Beliau adalah penyebar agama islam di Sumenep. Selain menyebar agama islam beliau juga ahli bercocok tanam. Pangeran Katandur adalah putra dari pangeran dari Pangeran Pakaos yang merupakan cucu dari Sunann kudus.
    Pangeran Katandur menyebarkan agama islam dengan cara bercocok tanam (bertani). Beliau mengerjakan atau mengelola pertanian dengan alat tradisional atau alat pembajak tanah yang disebut Nanggala/Salaga yaitu dua buah bambu yang ditarik oleh 2 (dua) ekor sapi. Maka sampai sekarang dikenal dengan sebutan Kerapan Sapi. Itulah asal-usul dari kerapan sapi. Kerapan sapi sampai sekarang menjadi kebudayaan masyarakat Madura/ ikon. Kerapan sapi sampai sekarang menjadi kebudayaan masyarakat Madura, Nusantara, bahkan Manca Negara sekalipun. Sampai sekarang karapan sapi diadakan setiap tahun, yitu untuk menyambut hasil panen. Dalam perlombaan kerapan sapi dikenal beberapa tingkatan yaitu Kewedaan, Kabupaten dan terakhir kresidenan. Sedangkan Karapan Sapi yang diadakan setiap bulan Agustus-Oktober adalah puncak perlombaan Karapan Sapi yang biasa dilakukan di Kabupaten Pamekasan. Menjelang malam pelaksanaan Karapan Sapi ditingkat Kresidenan selalu dilakukan pertemuan antar Penggemar kerapan sapi yang disebut dengan Gubengan (Tumpah Ruahnya para penggemar Kerapan sapi se Madura) Adapun aturan dalam perlombaan Karapan Sapi yaitu :
    1. Minimal Sapi Karapan sapi yang akan dilombakan ada 3 pasang
    2. Panjang dan lebar pacuan yang digunakan adalah 170m x 50m
    3. Ada Gebber (orang yang bertugas memegang bendera di garis start)
    4. Liet atau seorang juri yang ada di garis Finish
    Sedangkan sapi yang diperlombakan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
    1. Sapi harus memiliki jenis dan warna kulit madura
    2. Sapi harus sehat dan kuat
    3. Tinggi Sapi harus 120 cm
    4. Gigi sapi harus sudah di cabut.
  5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya
    Sapi-sapi madura harus dilestarikan keberadaannya agar tidak punah. Dan sistem penjurian pada perlombaan Karapan Sapi tidak dilakukan secara manual lagi melainkan dengan alat yang lebih canggih sehingga para peserta merasa perlombaan fair tidak mengandung kecurangan.

Eksotisme Kota Tua

Eksotisme Wisata Kota Tua

       

Eksotisme reruntuhan kejayaan kota kalianget di masa lalu . Gedung - gedung tua khas Belanda yang masih kokok berdiri mempesona seolah mengajak untuk sejenak menikmati indahnya pesona masa lampau. Terletak 11 kilometer dari kota Sumenep.
  • Nama Jenis                      : Eksotisme Wisata Kota Tua
  • Luas Area                       : ± 12 Hektar
  • Sarana & Prasarana         :
  • Diskripsi Potensi Wisata
1.      Gedung Pembangkit Listrik (Sentral)
Berada di pinggir jalan raya Kalianget di sebelah barat Kantor pusat PT Garam, memiliki arsitektur khas belanda yang sangat anggun, kesan angker juga sedikit terasa apabila melihat bentuk dan tinggi bangunan tua yang menjulang ini. menurut keterangan Joko Widodo seorang pensiunan PT Garam yang pernah bertugas di bagian mesin di gedung sentral ini menuturkan bahwa gedung ini didirikan sekitar tahun 1914 sama dengan tandon air di sebelah selatan gedung yang memiliki pipa air bawah tanah yang membelah jalan, pipa air berfungsi sebagai pendingin terhadap 5 buah generator listrik di gedung sentral ini, 4 mesin ini buatan jerman dan 1 nya dari Belanda, awal berdirinya semua kebutuhan listrik semua rumah pompa di lahan pegaraman di daerah Pinggirpapas dan Saronggi mendapatkan pasokan listrik dari gedung ini. namun menjelang tahun 1980 pemakaian listrik untuk kegiatan produksi garam ini sudah beralih mengunakan pasokan dari PLN.

2.      Jam Dinding Tua Di Pos Jaga (Lonceng)
Lokasinya saat ini berada di pintu masuk sebelah timur tepatnya di jalan ……….. di sana dapat dijumpai jam tua dan pos jaga yang sudah tua dan tidak terawat, Dulunya tempat ini berfungsi sebagai check point bagi seluruh karyawan pabrik garam yang keluar masuk  pabrik untuk bekerja, mereka diperiksa satu persatu agar tidak membawa barang – barang pabrik termasuk garam – garam hasil produksi.
Dari corak bangunan dan kekhasan yang dimiliki situs ini, ternyata sangat kental sekali dengan nuansa Belanda atau eropa  terutama pada corak yang terpajang pada jam dinding dan bentuk bangunannya. tidak adanya upaya perawatan ini terlihat pada tiang – tiang penyangganya yang hanya tinggal separuh saja dan apabila tidak segera direnovasi  situs ini tentu akan segera menjadi puing.

3.      Lokomotif atau Lori
Lokomotif tua ini dulunya dipakai sebagai penarik kereta yang berisi garam yang diangkut dari ladang – ladang garam yang tersebar di pesisir selatan dan timur kecamatan Kalianget. penggunaan kereta api ini dimulai sejak tahun …………

4.      Cerobong Asap Pabrik
Terbuat dari bahan campuran semen dan bata yang digunakan sebagai cerobong asap sebagai saluran limbah asap buangan dari kegiatan produksi garam. cerobong asap seperti ini pada jaman dulu sangat populer sekali sebagai ciri khas dari bangunan pabrik Belanda yang tersebar di seluruh nusantara, penggunaan cerobong asap dari bata ini dipakai karena di jaman dulu belum ada cerobong yang terbuat dari pipa logam.
namun demikian dapur pengapian ini seluruh batu batanya atau dikenal dengan batu api, yaitu batu yang biasanya digunakan untuk pembakaran dengan suhu tinggi.

5. Pelabuhan Kota Tua Kalianget
Sisa - sisa kejayaan pelabuhan yang masih beroperasi sampai sekarang. Dahulu lebih banyak sebagai tempat pengiriman garam ke luar sumenep maupun ke luar negeri serta jalur distribusi barang dagangan dari dan luar Sumenep.

Ludruk Sumenep

Ludruk



Kecamatan : Kalianget
Desa : Kalianget Barat

  1. Nama Jenis Potensi Wisata : Ludruk
  2. Luas Area :
  3. Sarana dan prasarana :
    • Seperangkat Kostum
    • Seperangkat Sound Sytem, Instrumen Gamelan
    • 1 Unit Gedung Penyimpanan Perlengkapan
  4. Deskripsi Potensi Wisata :
    Ludruk adalah pertunjukan teater musikal tanpa topeng, pada saat ini sangat populer di Daerah Sumenep. Pada mulanya Ludruk adalah nyanyian dan tarian sewaktu menumbuk padi yang kemudian dijadikan tarian keraton pada abad 14, pada saat itu bernama "RAKET". Setelag berevolusi dan muncul di daerah Sumenep, Ludruk mengalami beberapa pergantian nama, antara lain: Pantil, Ajhing, Ludruk dan saat ini bisa disebut Ketoprak. Evolusi tersebut diperkirakan mulai sekitar abad ke 18. Pada saat itu Ludruk melakonkan adegan-adegan sehari-hari antara lain: episode perang kemerdekaan serta cerita pahlawan dalam legenda-legenda Madura dan Jawa.
    Ludruk adalah suatu bentuk hiburan rakyat yang dipentaskan dan ditonton terutama oleh kaum buruh. Saat ini ludruk di daerah Sumenep sudah jarang tampil, sebab tergantung order yang mereka terima. Seperti halnya ludruk "Rukun Kemala" yang diketahui oleh Ahmarudin dalam sebulan mereka mampu tampil 1-2 kali dan kebanyakan mereka tampil di daerah pelosok yang tradisionalismenya masih kental.
  5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya
    Dilihat dari perkembangannya saat ini, ludruk tidak beda jauh dengan kebudayaan lain yang ada di Sumenep. Selalu tergantung pada order yang mereka terima. Menurut Ahmarudin, dengan minimnya sarana dan prasaranauntuk mengembangkan bakat dapat diperkirakan kebudayaan ini akan terus mengalami penurunan. Hal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan jaman yang semakin modern. Sehingga minat untuk memperhatikan dan mengembangkan budaya ini sangatlah kurang. Solusi awal untuk mengembangkan kembali kebudayaan ini yaitu dengan memberikan atau menyediakan sarana dan prasarana guna memunculkan kembali minat masyarakat terhadap kebudayaan ini seperti taman hiburan rakyat (THR Surabaya) menyediakan panggung permanen dan segala fasilitasnya yang digunakan untuk pagelaran kebudayaan tradisional (Topeng, Ketoprak, dan lain-lain).

Gunung Payundan

Gunung Payudan



Kecamatan : Guluk-Guluk
Desa : Payudan Daleman

1. Nama Jenis Potensi Wisata : Gunung Payudan
2. Luas Area : 150M x 40M
3. Sarana dan prasarana : Jalan masuk aspal dari jalan utama sepanjang 1400m selebihnya sampai lokasi belum beraspal 700m
4. Deskripsi Potensi Wisata :

objek wisata ini berada di atas pegunungan yang bernama Gunung Payudan, tepatnya di Desa Payudan Daleman Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep kurang lebih 30 Km ke Arah Barat Kota Sumenep. Bagi masyarakat Sumenep Khususnya, Gua Payudan mempunyai arti penting mengingat gua ini memiliki keterkaitan dengan sejarah raja-raja Sumenep abad 14 samapi 17. Gua ini tidak hanya bernilai sebuah obyek wisata Alam (goa) saja, tetapi juga mengandung makna religi dan sejarah didalamnya.

Goa payudan pada jaman dahulu kala, pada masa kerajaan merupakan tempat bertapa / bersemedi sebagian raja-raja Sumenep. Adapun raja-raja Sumenep yang pernah bertapa di Goa ini adalah:

1. Potre Koneng, adalah Putri dari Pangeran Soccadiningrat II Raja Sumenep yang berkuasa sekitar tahun 1366 sampai 1386 yang keratonnya pada waktu itu masih berada di Desa Banasare Kecamatan Rubaru. Potre koneng ini mempunyai suami yang juga raja di Sepudi yang bernama Adi Poday sekitar tahun 1399-1415 yang masih cucu dari sunan Ampel Surabaya.
2. Pangeran Jokotole, adalah Pangeran yang bergelar Pangeran Soccadiningrat III Raja Sumenep pada Tahun 1415-1460. beliau adalah Putra tertua dari Pasangan Potre Koneng dengan Adipoday. Jokotole tidak hanya di kenal di wilayah Madura saja, tetapi sudah keluar Madura seperti Jawa dan Bali. Konon Jokotole merupakan raja yang sangat disegani karena keahlian ilmu kanoragannya. Hal ini terbukti pada jaman kerajaan Majapahit, Jokotole mampu mengalahkan Blambangan yang pada akhirnya di jadikan Menantu raja majapahit yaitu Raja Brawijaya.
3. Pangeran Jimat, Raja Sumenep tahun 1731-1744, adalah putra Pangeran Rama (Pangeran Cakra Negara II)
4. Ke Lesap, Raja Sumenep tahun 1749-1750, beliau berkuasa hanya sebentar karena tewas terbunuh ketika berperang melawan raja dari bangkalan. Adapun Ke Lesap sendiri adalah keturunan dari Bangkalan.
5. Bindara Saod. CR. Tumenggung Tirtonegoro) Raja Sumenep tahun 1750-1762

Untuk menuju / mengunjungi tempat ini tidak begitu sulit, dari Sumenep naik angkutan umum menuju ganding lalu ganti angkutan menuju Pasean atau batu Ampar, kemudian turun di pertigaan Desa Payudan Daleman. Sedang dari pertigaan bisa menaiki dokar (Andong) atau jalan kaki sekitar 2 Km sampai ke Lokasi Goa.

Konon menurut ceritanya, goa ini pertama kali ditemukan Yaitu oleh K. Sulaiman bin Samukdin yang berasal dari Pamekasan. Awalnya K. Sulaiman bersemedi di Asta Juruan Kecamatan Batu Putih Kabupaten Sumenep selama 21 Hari. Selama melakukan tapa tersebut, bekal yang dibawa yaitu jagung sangrai. Setelah hari ke 21, K Sulaiman mendapat petunjuk untuk pergi ke Arah barat, tepatnya ke gunung payudan. Setelah 3 hari 3 malam berjalan ke arah barat sampai dan naik maka terdengar suara sayup-sayup seperti ada orang menumbuk jagung. Setelah di dekati ternyata tidak ada seorangpun yang sedang menumbuk jagung, yang ada hanya tempat rindang dengan dinding batu disertai dengan tempat beristirahat dan terdapat banyak lubang. Akhirnya beliau bertawassul kepada Yang Maha Esa. Lalu datanglah petunjuk bahwa tempat tersebut merupakan tempat bertapa para raja-raja terdahulu.

Diceritakan di atas Goa bahwa orang yang pertama kali mendirikan rumah di atas Goa Payudan adalah keturunan terakhir dari K. Sulaiman yaitu K. Tayyib pada tahun 1908. tapi pada tahun 1938 K. Tayyib pindah ke Pamekasan dengan alasan banyak celeng (babi Hutan) yang kemudian ditempati kerabatnya yang lain yaitu maniti yang sekaligus menjadi juru kunci Goa tersbut.

Sampai saat ini banyak pengunjung kesana, bahkan orang yang bersemedi disana sulit berganti artinya di tempat itu selalu ada orang yang bersemedi, bahkan ada yang sampai satu tahun lamanya.

5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya

Goa payudan merupakan salah satu obyek wisata alam yang ada di Madura khususnya di kecamatan Guluk-guluk Kabupaten Sumenep, dengan tingkat pengunjung yang cukup berpotensi. Maka sudah saatnya tempat ini dijadikan obyek wisata alam unggulan khususnya Kabupaten Sumenep. Untuk membuat obyek wisata ini lebih dikenal dan lebih banyak pengunjung, tentunya perlu adanya pembenahan-pembenahan struktur maupun infrastruktur. Dalam hal ini dinas terkait yaitu Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Sumenep, sudah saatnya memperhatikan obyek wisata tersebut. Adapun pengembangan yang perlu diutamakan di lokasi obyek ini antara lain;

1. Tangga naik menuju halaman / pelantaran Goa perlu diberi pagar atau pegangan penyangga untuk mengurangi resiko kecelakaan pada pengunjung. Hal ini penting dan harus segera dilakukan mengingat tangga menuju lokasi sangat berbahaya dan curam dan licin.Goa memiliki tiga lantai; pertama adalah halaman Goa dengan ukuran kurang lebih 27m x 10m, lantai kedua (diatasnya) yaitu berukuran ±35m2 dan biasa digunakan sebagai ruang tamu (Lobbi); sedangkan lantai diatasnya yaitu lantai ketiga difungsikan untuk Solat.
2. Membentuk suatu yayasan atau perkumpulan khus mengelola keberadaan Obyek wisata Goa ini seperti obyek wisata lain yang ada di Kabupaten Sumenep (Asta Tinggi dan Asta Yusuf Talango).
3. Pembuatan Peta atau denah Lokasi yang menunjukkan arah serta jalan yang bisa dilalui.

Asta Panaongan

Asta Panaongan



Kecamatan : Pasongsongan
Desa : Pasongsongan

  1. Nama Jenis Potensi Wisata : Asta Buju' Panaongan
  2. Luas Area : 150 m2
  3. Sarana dan prasarana :
    • Petilasan Makama
    • Kamar kecil
    • Jalan beraspal
    • Kamar untuk juru kunci
  4. Deskripsi Potensi Wisata :
    Kronologi penemuan buju' panaogan pada tahun 1999 itu berawal dari seorang penduduk setempat yang berprofesi sebagai nelayan. Nelayan tersebut singgah di muncar banyuwangi karena kehabisan bahan bakar untuk pilang dan tidak ada hasil tangkapan yang bisa dijual. Kemudian salah satu dari mereka mengunjungi seorang kiyai dengan tujuan mohon berkah agar hasil tangkapan mereka berlimpah, setelah terwujud dengan hasil tangkapan yang banyak dan sudah punya modal untuk membeli bahan bakar, maka mereka di suruh pulang dan diberi tugas oleh kiyai tersebut untuk mencari sebuah pemakaman yang terkubur di daerah dekat kediaman nelayan tersebut. Tetapi dengan syarat jangan mencari jika tidak ada tanda-tanda tertentu. Setelah tiga hari setelah kepulangannya barulah tanda yang dimaksud muncul yaitu berupa seberkas cahaya yang jatuh diatas hamparan pasir. Setelah digali, dibawah pasir tersebut ditemukan sejumlah batu nisan. Makam pertama yang ditemukan dan dimungkinkan adalah makam orang yang berasal dari cina, sebab pada batu nisan bertuliskan "Ummingtai" tahun 1218, kemudian makam Syech Al Arief Abu Said tahun 1112 dan lain-lain namun yang tertera di batu nisan tersebut tidak menyebutkan apakah tahun masehi atau tahun hijriyah. Tetapi syech Al Arief ditenggarai ada hubungannya dengan kerajaan Batu Putih (Sergang) namun secara detail tidak diketahui asal usulnya. Saat ini asta buju' panaongan ini banyak dikunjungi oleh peziarah dari seluruh penjuru karena dianggap karomah.
  5. Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya
    Berbagai pembangunan telah dilakukan oleh pengelola Asta, hal ini semata bertujuan untuk menciptakan rasa nyaman kepada peziarah, mulai dari bangunan di area makam, pagar, kamar kecil, musollah dll. Pembangunan tersebut adalah hasil dari swadaya atau sumbangan dari peziarah. Karena keterbatasan dana yang diperoleh maka sebagian pembangunan belum terselesaikan. Maka dari itu untuk tetap memberikan rasa nyaman kepada pengunjung atau peziarah maka pihak pengelola ingin segera menyelesaikan pembangunan tersebut. Adapun bangunan yang sudah terselesaikan adalah lantai keramik disekitar makam, pemasangan paving dihalaman bangunan dan pemasangan paving pada jalan menuju musollah dan kamar kecil, selain itu untuk peziarah yang ingin bermalam juga sangat dibutuhkan

ShoutMix chat widget